Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bagaimana bisa melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah ﷺ dan Sahabat?

Bagaimana bisa melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah ﷺ dan Sahabat?


Pertanyaan ini seringkali dihantamkan kepada kaum muslimin yang merayakan maulid oleh mereka wahhhabiyah mujassimah dengan tujuan menyerang dan mengkafirkan umat islam. Padahal pertanyaan ini adalah pertanyaan Abu Bakar kepada Umar bin Khotob. Para ulama Ahl al-Sunnah wal-Jama`ah telah menanggapi segala syubhat kaum Wahhabiyyah mengenai larangan melaksanakan Maulid.

Tetapi, siapapun yang Allah tutup hatinya, Tidak ada seorangpun yang mampu membukanya.


Maka ini penting untuk dijawab agar generasi muda islam dapat menjawab tuduhan wahhabi ini. Inilah jawaban bagi mereka yang mengatakan:

Bagaimana bisa melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah ﷺ?

قال الإمام أبو عبد الله البخاري في صحيحه:

Al-Imam Abu Abdullah al-Bukhari dalam kitab Shahihnya mengatakan

٤٩٨٦ - حدثنا موسى بن إسماعيل، عن إبراهيم بن سعد، حدثنا ابن شهاب، عن عبيد بن السباق، أن زيد بن ثابت رضي الله عنه، قال: «أرسل إلي أبو بكر مقتل أهل اليمامة، فإذا عمر بن الخطاب عنده»، قال أبو بكر رضي الله عنه: إن عمر أتاني فقال: إن القتل قد استحر يوم اليمامة بقراء القرآن، وإني أخشى أن يستحر القتل بالقراء بالمواطن، فيذهب كثير من القرآن، وإني أرى أن تأمر بجمع القرآن، 

“Musa bin Ismail menceritakan kepada kami dari Ibrahim Ibn Sa’ad, Ibnu Syihab menceritakan kepada kami dari ‘Ubaid bin As Sabbaaq bahwa Zaid bin Tsabit radhiyallahu anhu berkata : Abu Bakar menerima data para korban perang Yamamah. Kebetulan saat data itu diterima Umar bersamanya, Abu Bakar radhiyallahu anhu berkata : sesungguhnya Umar datang kepada ku, dan mengatakan :

“Sesungguhnya pembunuhan terhadap para penghafal Qur’an amat banyak pada hari Yamamah, dan saya khawatir peperangan akan semakin dahsyat bagi para penghafal di beberapa tempat, sehingga banyak Qur’an yang hilang, dan saya mempunyai pandangan agar engkau memerintahkan untuk mengumpulkan Qur’an.”

قلت لعمر: «كيف تفعل شيئا لم يفعله رسول الله صلى الله عليه وسلم؟» 

Saya (Abu Bakar) berkata kepada Umar :”Bagaimana bisa engkau melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.”

قال عمر: هذا والله خير، «فلم يزل عمر يراجعني حتى شرح الله صدري لذلك، ورأيت في ذلك الذي رأى عمر»، 

Umar menjawab : demi Allah, ini kebaikan. Dan Umar terus menerus berbicara kepadaku, sehingga membuka hatiku untuk perkara tersebut, dan aku berpendapat seperti pendapat Umar.

قال زيد: قال أبو بكر: إنك رجل شاب عاقل لا نتهمك، وقد كنت تكتب الوحي لرسول الله صلى الله عليه وسلم، فتتبع القرآن فاجمعه، «فوالله لو كلفوني نقل جبل من الجبال ما كان أثقل علي مما أمرني به من جمع القرآن»، 

Zaid berkata : Abu Bakar mengatakan : “Engkau adalah seorang yang muda yang berakal dan kita tidak memiliki anggapan buruk kepadamu, dan kau dulu menulis wahyu untuk rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka telusurilah Qur’an dan kumpulkanlah!”

“Dan demi Allah, kalaulah mereka membebaniku untuk memindahkan sebuah gunung, tidaklah lebih berat dari pada apa yang mereka perintahkan kepada ku, untuk mengumpulkan Al-Qur’an”.

قلت: «كيف تفعلون شيئا لم يفعله رسول الله صلى الله عليه وسلم؟»، 

Aku katakan : “Bagaimana kalian melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ?”

قال: هو والله خير، " فلم يزل أبو بكر يراجعني حتى شرح الله صدري للذي شرح له صدر أبي بكر وعمر رضي الله عنهما، 

Dia jawab : “Demi Allah, ini kebaikan.”

Dan Abu Bakar terus saja memohon kepadaku, hingga Allah membukakan hatiku, sebagaimana dia membukakan hati Abu Bakar dan Umar radhiyallahu anhuma.

فتتبعت القرآن أجمعه من العسب واللخاف، وصدور الرجال، حتى وجدت آخر سورة التوبة مع أبي خزيمة الأنصاري لم أجدها مع أحد غيره، {لقد جاءكم رسول من أنفسكم عزيز عليه ما عنتم} [التوبة: ١٢٨] حتى خاتمة براءة، فكانت الصحف عند أبي بكر حتى توفاه الله، ثم عند عمر حياته، ثم عند حفصة بنت عمر رضي الله عنه

Akupun menelusuri Al-Qur’an. Aku kumpulkan dari pelepah kurma, batu dan lembaran lembaran, dan hafalannya orang-orang. Hingga aku dapatkan akhir surat At Taubah pada Abu Khuzaimah Al Anshariy, yang tidak aku dapatkan pada seorang selainnya.

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin ….” Hingga akhir surat Baraah, dan jadilah mushaf itu pada Abu Bakar, hingga Allah mewafatkan beliau, kemudian Umar, di masa hidupnya, kemudian Hafsah putri Umar radhiyallahu anhu.

[HR: Bukhari, 4986]

Kaum Wahhabiyyah mengatakan:

"Para sahabat tidak melakukan Maulid Nabi, dan jika itu baik, mereka akan mendahului kita melakukannya"

Kita Jawab:

"Bagaimana jika para sahabat merayakan Maulid Nabi? Akankah Kaum Wahhabiyyah juga merayakan Maulid Nabi?"

Berikut ini beberapa hal yang telah dilakukan oleh para sahabat akan tetapi tetap di ingkari oleh kaum Wahhabiyyah:

1. Mencium Mushaf al-Qur'an

قال صالح الفوزان: لا دليل على ذلك، إنما فعله بعض الصحابة اجتهادا منه، وهو من فعل العوام والجهال

Shalih Fauzan (Wahhabiy) mengatakan: "Mencium Mushaf tidak ada dalil atas perbuatan itu, sebagain dari sahabat Nabi melakukan hal tersebut berdasarkan ijtihad darinya, dan itu merupakan perbuatan orang awam yang sangat bodoh"

[sumber video youtube]

Orang yang mencontohkan mencium Al-Quran adalah sahabat Nabi yang bernama Ikrimah bin Abu Jahl.

عَنِ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ قَالَ: «كَانَ عِكْرِمَةُ بْنُ أَبِي جَهْلٍ يَأْخُذُ الْمُصْحَفَ فَيَضَعُهُ عَلَى وَجْهِهِ , وَيَبْكِي , وَيَقُولُ: كِتَابُ رَبِّي , وَكَلَامُ رَبِّي»

Dari Ibnu Abi Mulaikah, katanya:

‘Ikrimah bin Abi Jahal Radhiallahu ‘Anhu dahulu mengambil mushaf lalu meletakkan mushaf di atas wajahnya, dia menangis, dan berkata: “Firman Rabbku, Kitab Rabbku.”

[Al Hakim dalam Al Mustadrak, No. 5062, Ad Darimi dalam Musnadnya No. 3393 j.4 h.2109, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 2229 j2 h.410. Menurut Imam An Nawawi, isnad riwayat ini SHAHIH. Lihat At Tibyan, Hal. 191]

2. Tausiah sebelum shalat jum'at

Kaum Wahhabiyyah mengatakan bahwa sahabat Nabi, Abu Hurairah Radliallahu anhu telah melakukan bid'ah yang menyelisih sunnah Nabi ﷺ

قال محمد ناصر الدين الألباني (1914 - 1999) : فأقول أثر أبي هريرة هذا الذي ينص على أنه كان يقوم يوم الجمعة قبل الصلاة يعظ الناس ويذكرهم يصلح أن يكون مثالا صالحًا لكون البدعة قد تكون تقع من رجل عالم......نحن نقول نعم هذه بدعة لأنها مخالفة للسنة 

Nashiruddin al Albani (Wahhabiy) mengatakan:

"Maka Aku katakan bahwa atsar Abu Hurairah yang menyatakan bahwa beliau biasa berdiri pada hari Jumat sebelum shalat, menyampaikan tausiah dan mengingatkan manusia, Ini cocok dijadikan sebagai contoh tentang adanya bid'ah yang telah terjadi berasal dari diri seorang alim (berilmu) ,.....Kami Katakan, iya benar, Ini adalah bid'ah karena ia bertentangan kepada sunnah".

3. Wasiat Sahabat Amru bin al-Ash

روى مسلم عن عمرو بن العاص أنه قال حين حضرته الوفاة: فإذا دفنتموني فشنوا علي التراب شنا، ثم أقيموا حول قبري قدر ما تنحر جزور ويقسم لحمها حتى أستأنس بكم، وأنظر ماذا أراجع به رسل ربي.اهـ 

Imam Muslim meriwayatkan dari Sahabat Amru bin al-Ash, bahwasanya ia berkata ketika sakaratul maut:

"Apabila kalian menguburkanku maka taburkanlah tanah padaku, kemudian berdirilah kalian di sekitar kuburanku sekitar jarak unta disembelih dan dibagikan dagingnya, hingga aku mendengar kalian dan melihat apa yang dibawa utusan Rabbku."

قال ابن عثيمين: أما ما ذكره رحمه الله عن عمرو بن العاص رضي الله عنه أنه أمر أهله أن يقيموا عنده إذا دفنوه قدر ما تنحر جزور قال لعلي أستأنس بكم وأنظر ماذا أراجع به رسل ربي يعني الملائكة فهذا اجتهاد منه رضي الله عنه لكنه اجتهاد لا نوافقه عليه لأن هدي النبي صلى الله عليه وسلم وسلم أكمل من هدي غيره

.[شرح رياض الصالحين - 562/4]

Ibn Utswimin (Wahhabiy) mengatakan:"Adapun yang disebutkan oleh penulis Rahimahullah dari Amr bin Al-Ash Radhiyallahu Anhu bahwa dia memerintahkan keluarganya agar berdiri disekitar kuburnya jika ia telah dikuburkan selama kira-kira disembelih unta dan dibagi- bagikan dagingnya lalu berkata, "hingga aku mendengar kalian dan melihat apa yang dibawa utusan Rabbku yaitu para malaikat. Ini adalah ijtihad yang ia Radhiyallahu Anhu lakukan. Akan tetapi, itu ijtihad yang tidak kami sepakati, karena petunjuk Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam lebih sempurna daripada petunjuk selain beliau"

[Ibn Utsaimin, Syarh Riyadlus Shalihin 563/4]

4. Perbuatan Sayyidina Umar serta ijma' para sahabat bukanlah hujjah

قال مقبل الوادعي:[وفعل عمر ليس بحجة....فإن قال قائل : فقد أجمع الصحابة على ذلك ، فالجواب : أن الإجماع ليس بحجة ، بل الحجة كتاب الله وسنة رسول الله - صلى الله عليه وعلى آله وسلم]

Muqbil Al-Wadi'i al Wahhabiy mengatakan:

"Dan apa yang dilakukan Umar Bin Khattab bukanlah Hujjah, jika seseorang mengatakan: Telah berijmak Sahabat atas perkara itu, Maka Jawabannya: ijmak mereka bukanlah hujah. Sebab, hujah hanya ada pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah."

(Gharah Al-Asyrithah, jil. 2, hal. 147).

5. Abdullah bin Umar yang bertabarruk dengan atsar para Nabi adalah perbuatan bid'ah yang merupakan perbuatan tasyabbuh (menyerupai orang kafir dari ahli kitab) serta perantara menyekutukan Allah (syirik). Padahal Abdullah bin Umar adalah orang yang Rasulullah bersabda tentangnya : "Sungguh ‘Abdullah itu lelaki yang shalih"

قال ابن تيمية المجسّم في كتابه المسمى اقتضاء الصراط المستقيم لمخالفة أصحاب الجحيم، صحيفة 756-757، وتحري هذا ليس من سنة الخلفاء الراشدين، بل هو مما ابتدع، فإن تحري الصلاة فيها ذريعة إلى اتخاذها مساجد والتشبه بأهل الكتاب مما نهينا عن التشبه بهم فيه وذلك ذريعة إلى الشرك بالله، 

Ibnu Taimyyah al Mujassim mengatakan:

"Bersungguh sungguh mencari-cari tempat bekas Nabi Shalat untuk shalat padanya dengan tujuan tabarruk bukanlah bagian dari Sunnah Khulafau ar Rasyidin, melainkan sesuatu yang dibuat-buat (bid'ah). Hal itu dikarenakan seseorang yang bersungguh sungguh mencari-cari tempat (bekas Shalat Nabi) untuk shalat padanya (dengan tujuan tabarruk) merupakan sebab yang dapat mengantarkan kepada perbuatan menjadikan tempat itu sebagai masjid dan tasyabbuh kepada ahli kitab (menyerupai orang Kafir) yang mana kita dilarang untuk tasyabbuh kepada kaum Kafir dalam hal tersebut. Dan itu juga merupakan sebab yang mengantarkan kepada kesyirikan kepada Allah (dzarii'atun ilasy-syirk billah)" 

[Iqtidlaa Ash-Shiraathil-Mustaqiim, hal. 756 -757].

6. Nashiruddin al Albani (Wahhabiy) mengatakan Abdullah Ibn Umar Ghuluw (melampau batas dalam beragama) & Tasyaddud (pengamalan syariat yang keras) pada apa yang tidak termasuk sunnah

قال الألباني: "هو الصحابي الفريد الوحيد عرفنا عنه غلوه وتشدده في إتباع أفعال الرسول عليه الصلاة والسلام حتى ما كان منها جبلية ولم تكن من السنن التعبدية"

"Dia adalah satu-satunya sahabat yang kita ketahui darinya Ghuluw (berlebihan) dan tasyaddud (ekstrem) dalam mengikuti perbuatan Rasulullah ﷺ, Bahkan ada pula kebiasaan yang tidak termasuk dalam sunnah ibadah"

"وإنما حبه أودى به إلى الغلو في اتباع الرسول عليه الصلاة والسلام بما ليس فيه سنة"

[سلسلة الهدى والنور - شريط (42]

"Kecintaannya kepada Nabi membawanya pada ghuluw (berlebihan) dalam mengikuti Rasulullah ﷺ pada apa yang tidak termasuk sunnah"

[Silsilatul Huda wan nur rekaman 42]

Masih banyak lagi hal - hal seperti ini yang terlalu panjang untuk ditulis pada postingan ini, perkataan mereka "tidak dilakukan Nabi & sahabat" hanya alasan untuk mengingkari perkara - perkara yang dianggap baik oleh ummat Islâm seluruhnya selama berabad-abad dari masa ke masa.

Lihatlah, wahai kaum muslimin yang diberikan pemahaman lurus oleh Allâh. Bagaimana mereka orang-orang yang terhalang dari kebaikan tersebut juga mengingkari hal-hal yang dilakukan para sahabat.

Kita memohon kepada Allah taala agar menghidupkan kita dalam keadaan muslim dan mewafatkan kita dalam keadaan mukmin serta menyelamatkan kita dari berbagai fitnah dalam agama. 

نسأَلُ اللهَ تعالى أن يُـحْيِيَنَا مُسْلِمِيْنَ وأن يَتَوَفَّانَا مُؤمنِيْنَ وأن يُعَافِيَنَا من الفِتَنِ في الدّين

Posting Komentar untuk "Bagaimana bisa melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah ﷺ dan Sahabat?"