Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tidak Semua Bid'ah itu Sesat

 Maulid Nabi 1446 H 07

واشوقاه ﷺ


Betapa sangat merindu Nabi ﷺ

*Tidak semua bid'ah itu sesat*

Apabila Wahhabi berkata:

"Setiap bid'ah itu sesat berdasarkan hadits:

 وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وكل ضلالة في النار

Maka katakan:

Kalian memahami hadits berdasarkan hawa nafsu, tidak berdasarkan ilmu dan penjelasan para ulama. Mereka para wahabi mangartikan bahwasanya setiap bid'ah itu sesat dan setiap yang sesat itu masuk neraka. Ini adalah penafsiran yang melenceng dan salah.

*Maka perhatikan* lafadz كل yang pertama, كل بدعة, dalam hadits ini *bima'na aghlab* yang artinya *mencakup sebagian* bukan bima'na umum yang mencakup keseluruhan. Sedangkan lafadz كل yang kedua, وكل ضلالة, ini baru bermakna keseluruhan.

*Perhatikan sekali lagi*

Rasulullah ﷺ bersabda:

 كل عين زانية

Artinya: *"setiap manusia kecuali sangat jarang, dan kecuali para Nabi, pasti mereka akan memandang dengan satu pandangan yang diharamkan atau lebih."*

Apakah makna kullu di hadits tersebut seluruh manusia? Tidak!! Para Nabi juga manusia, tetapi nabi maksum dari perbuatan dosa. Baik sebelum kenabian maupun setelah kenabian.

وَمْعلومٌ شَرْعًا أنَّ هذا الْحديثَ لا يَشْمَلُ أَعْيُنَ الأنبياءِ عَلَيْهِمُ الصَّلاةُ والسَّلامُ لأنَّ اللهَ تعالى عَصَمَهُم مِنْ ذَلِكَ لِقَوْلِهِ تَعالى:

 *﴿وَكُلًّا فَضَّلْنَا عَلى الْعَالَمين﴾* [سورة الأنعام:  86]. 

Dari sini sudah paham? 

Jadi, hadits yang dihafalkan kaum wahabi perusak ini memaknai dengan hawa nafsunya. Kalo masih belum paham, perhatikan hadits berikut:

وَقَدْ وَرَدَ في الْحَديثِ الصَّحيحِ الَّذِي رَوَاهُ أَبُو دَاودَ في سُنَنِهِ في بَابِ ذِكْرِ الصُّورِ وَالْبَعْثِ أَنَّهُ صَلَّى اللهُ عليه وسَلِّم قَالَ: "كُلُّ ابْنِ ءادَمَ تأكُلُ الأَرْضُ إلَّا عَجْبَ الذَّنَبِ مِنْهُ خُلِقَ وَفِيهِ يُرَكَّبُ"،

وَهَذَا يُؤَيِّدُ أَنَّ كَلِمَةَ كُلّ لا تَأتي دَائِمًا لِلشُّمُولِ الْكُلِّيِّ بِدَلِيلِ أَنَّ الرَّسُولَ صَلَّى اللهُ عليه وسَلِّم قَالَ: 

"إِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَى الأَرْضِ أَنْ تَأكُلَ أَجْسَادَ الأَنْبِيَاءِ" ؛ فَيَكُونُ مَعْنَى "كُلُّ ابْنِ ءادَمَ تأكُلُ الأَرْضُ" الأغْلَبَ لأَنَّ الرَّسُولَ اسْتَثْنَى في الْحَديثِ الآخَرِ الأَنْبِيَاءَ.

Makna كُلُّ ابْنِ ءادَمَ تأكُلُ الأَرْضُ ini tidak semua anak adam (manusia) dimakan bumi ketika sudah meninggal. Namun ada jasad para nabi yang tidak akan dimakan oleh bumi. Jadi makna kullu disini adalah makna mencakup sebagian (aghlab).

*Tentang Bid'ah*

al Imam an Nawawi (pensyarah kitab Shahih Muslim). Beliau

Al Imam an Nawawi dalam kitab "Syarh Shahih Muslim" mengatakan:

هذا عامٌّ مخصوص، والمراد: غالب البدع

"Hadits ini lafadznya umum, maknanya dikhususkan, maksudnya adalah kebanyakan bid'ah"

Jadi makna hadits كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ itu bermakna:

"Kebanyakan bid'ah itu sesat, bukan setiap bid'ah itu sesat" 

Hal ini, al Imam as Syafi’iy yang hafal ratusan ribu hadits beserta sanadnya menjelaskan tentang macam macam bid'ah. Beliau berkata:

البدعة بدعتان، بدعة محمودة، وبدعة مذمومة. فما وافق السنة فهو محمود، وما خالف السنة فهو مذموم

"Bid'ah itu ada dua, bid'ah mahmudah (terpuji) dan bid'ah madzmumah (tercela). Bid'ah yang sesuai dengan sunnah maka terpuji dan bid'ah yang bertentangan dengan sunnah maka tercela". (Lihat kitab Hilyatul Awliya') 

Al Hafidz Ibnu Hajar al Asqalani (pensyarah kitab Shahih al Bukhari) dalam kitab Fath al Bari berkata:

وكل ما لم يكن في زمنه– صلى الله عليه وسلم –  يسمى بدعة، لكن منها ما يكون حسنا ومنها ما يكون بخلاف ذلك

"Dan setiap sesuatu yang tidak ada pada zaman Nabi shallallahu alaihi wasallam itu disebut bid'ah, tetapi di antara bid'ah ada yang baik dan di antaranya juga yang tidak baik". 

Jika wahabi itu tetap mengatakan bahwa para ulama itu tidak memahami hadits tersebut, maka ini menjadi bukti kebodohan dan fanatisme dan kecintaan terhadap Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab, sehingga membutakan dan menulikan dari melihat kebenaran.

Keadaan wahabi ini seperti sabda Nabi:

«حُبُّكَ الشَّيْءَ يُعْمِي وَيُصِمُّ»

*"Kecintaan kamu terhadap sesuatu membutakan dan menulikan"*.

Maulid Nabi 1446 H 08

واشوقاه ﷺ

Betapa sangat merindu Nabi ﷺ

*Merayakan Maulid Nabi Muhammad ﷺ*

Merayakan Kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu mensyukuri nikmat yang Allah berikan.

Kemerdekaan adalah rahmat dari Allah dan merupakan nikmat bagi kita semua. Jika kita terus bersyukur atas nikmat kemerdekaan dan nikmat-nikmat Allah lainnya, maka Allah akan menambahkan nikmat-nikmat-Nya sebagaimana yang Ia firmankan:

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ (سورة إبراهيم: 7)

Maknanya: “Sesungguhnya jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepada kalian. Tetapi jika kalian mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat berat” (QS Ibrahim: 7)

Mensyukuri nikmat adalah dengan tidak menggunakannya dalam bermaksiat kepada Allah. Kita syukuri nikmat kemerdekaan ini dengan melakukan berbagai kebaikan dan berbuat baik kepada orang lain. Kita syukuri kemerdekaan ini dengan melaksanakan semua kewajiban dan *menjauhi seluruh larangan Allah*. Kita lakukan tugas dan kewajiban kita sebagai ayah, ibu, anak, sebagai suami, istri, sebagai guru, murid, sebagai pejabat, rakyat, sebagai orang yang hidup bertetangga, sebagai orang yang hidup bermasyarakat dan sebagai orang yang hidup berdampingan dengan umat agama lain. Jika masing-masing dari kita telah mengetahui, memahami dan melakukan tugas dan kewajibannya sebagaimana mestinya, maka negara ini akan senantiasa aman dan sentosa. 

Kemerdekaan adalah nikmat yang menjadikan kita terbebas dari berbagai belenggu. Nikmat kemerdekaan adalah pintu yang membuka nikmat-nikmat yang lain. Dengan nikmat kemerdekaan, kita dapat merasakan nikmatnya beribadah dengan leluasa. Dengan nikmat kemerdekaan, kita dapat merasakan nikmatnya belajar dan mengajar. Dengan nikmat kemerdekaan, kita dapat menikmati kebersamaan kita sebagai saudara-saudara seagama, saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Dan dengan nikmat kemerdekaan, kita bisa membangun negeri ini secara bersama-sama. 

Dengan nikmat kemerdekaan ini, tidak boleh ada perayaan kemerdekaan yang mengandung maksiat. 

*Maka perhatikanlah!!*

Ada nikmat yang lebih besar daripada itu, yaitu adanya kelahiran Nabi Muhammad ﷺ. 

Karena kelahiran Nabi Muhammad ﷺ ke muka bumi ini adalah nikmat dan rahmat teragung yang Allah anugerahkan kepada kita. Perayaan maulid adalah bentuk syukur kita kepada Allah atas nikmat yang sangat agung ini.

Dengan sebab Nabi ﷺ, kita mengenal Allah, satu-satunya Tuhan yang berhak dan wajib disembah. Tuhan Pencipta segala sesuatu. Tuhan yang tidak menyerupai segala sesuatu. Tuhan yang tidak membutuhkan kepada segala sesuatu. 

Dengan sebab Nabi ﷺ, kita mengenal Islam, satu-satunya agama yang benar. Satu-satunya agama yang diridlai oleh Allah. Agama yang dibawa dan diajarkan oleh seluruh Nabi dan Rasul.

Perayaan Maulid adalah bentuk kecintaan kita kepada insan yang paling mulia dan makhluk yang paling utama, Baginda Rasulullah ﷺ. Melalui perayaan Maulid, kita diingatkan untuk terus mencintai Baginda Nabi ﷺ. Melalui perayaan Maulid, kita tanamkan pada diri umat Islam kecintaan kepada Nabi mereka, Nabi agung Muhammad ﷺ. Nabi yang cintanya kepada umat melebihi cinta mereka kepadanya.  

Pada hari kiamat kelak, dikatakan kepada Baginda Rasulullah:

يَا مُحَمَّدُ سَلْ تُعْطَ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ

Maknanya: 

“Wahai Muhammad, mintalah maka engkau akan diberi, berilah syafa’at maka syafa’atmu akan diterima”

Baginda menjawab:

أَيْ رَبِّ أُمَّتِيْ أُمَّتِيْ

Maknanya: 

“Wahai Tuhanku, ummatku... ummatku... ” (HR an-Nasa’i)

Bersambung

Intaha

Allah Ada Tanpa Tempat

Posting Komentar untuk "Tidak Semua Bid'ah itu Sesat"