Makna Bait Ke 16 Nadhom Aqidatul Awamm Kisah Nabi Ibrahim Kholilurrohman
Ngaji Kitab Aqidatul Awam 16-6
قال المؤلف رحمه الله تعالى:
هم آدم إدريس نوح هود مع # صالح وإبراهيم كل متبع
"Mereka adalah Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, seluruh mereka diikuti"
Penjelasan
As Syaikh Ahmad al Marzuki menyebutkan nama-nama para Nabi yang wajib bagi setiap mukallaf untuk mengetahuinya. Karena nama-nama mereka telah disebutkan dalam Al Qur'an dan hadits.
Nama-nama Nabi yang wajib diketahui adalah:
Nasabnya adalah Ibrahim ibn Taarikh (Aazar) ibn Naakhur ibn Saaruugh ibn Arghuu ibn Faalagh ibn Ghoobir ibn Syaalikh ibn Qoinaan ibn Arfakhsyadz ibn Saam ibn Nuh.
Allah ta'ala berfirman:
وَٱذۡكُرۡ فِی ٱلۡكِتَـٰبِ إِبۡرَ ٰهِیمَۚ إِنَّهُۥ كَانَ صِدِّیقࣰا نَّبِیًّا
[Surat Maryam 41]
"Dan sebutlah nabi Ibrahim dalam al Qur'an, sesungguhnya dia adalah seorang shiddiiq dan seorang nabi"
Nabi Ibrahim lahir pada masa raja yang diktator dan dzalim, bernama Numrud, di daerah Baabil Irak.
﴿وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ﴾ [سُورَةَ الْبَقَرَة/254]
Perbuatan dzalim yang besar adalah kekufuran.
Nabi Ibrahim berdakwah di sana (wilayah raja Numrud) kemudian hijrah ke Palestina.
Ketika raja Numrud diberitahu bahwa suatu saat akan lahir seorang anak laki-laki, dan di tangan anak itu akan terjadi kehancuran pemerintahannya. Mereka mengatakan bahwa tempat tinggal anak ini akan berada di Babil (Babel) di sebelah Kufah. Pada saat itu, raja Numrud pun memerintahkan agar setiap bayi laki-laki yang baru lahir akan dibunuh.
Kelahiran Nabi Ibrahim ^alayhisSalaam
Istri Azar sedang mengandung, Suaminya membawanya ke Ur, sebuah desa di luar Babil. Ini adalah tempat antara Kufah dan Basrah, semua di Irak saat ini. Dia membuatnya tinggal di tempat yang digali di bawah tanah.
Setelah waktu yang lama berlalu tanpa terjadi apa-apa pada masa itu. Azar kembali dengan anak-anaknya dan juga Ibrahim. Ayahnya adalah seorang pria yang memahat berhala dan menyembahnya. (Namun hal ini masih ada khilafiyah tentang ayah nabi Ibrahim).
Nabi Ibrahim menggunakan banyak cara bijaksana untuk membuktikan kepada ayahnya dan para penyembah berhala lainnya, bahwa mereka telah sesat dalam menyembah berhala daripada Pencipta mereka.
Bahkan kaumnya pada waktu itu menyembah matahari, bulan dan bintang-bintang. Mereka memahat berhala yang mewakili benda-benda di langit. Nabi Ibrahim ingin agar mereka berpikir tentang bagaimana benda-benda di langit bergerak, dan bahwa semua itu harus ada Pencipta yang memiliki Kekuasaan yang membuatnya bergerak.
Nabi Ibrahim Tidak Pernah Menyembah Matahari, Bulan ataupun Bintang
Dalam Q.S. al An'am ayat 76-79:
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ الَّيْلُ رَءَا كَوْكَبَا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الأفلينَ فَلَمَّا رَءا الْقَمَرَ بَازِغَا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لئَن لَّمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ فَلَمَّا رَءا الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَاقوم إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
"Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang, lalu dia berkata, inikah Tuhanku sebagaimana yang kalian sangka?!,. Ketika bintang itu terbenam dia berkata, aku tidak suka kepada yang terbenam, lalu ketika dia melihat bulan yang terbit, dia berkata, inikah Tuhanku sebagaimana yang kalian sangka?!, ketika bulan itu terbenam dia berkata, sungguh jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang- orang yang sesat, kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata, wahai kaumku, sungguh aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan".
Dalam memahami ayat ini kita harus memahami konteks ayat tersebut.
Konteks ayat ini adalah nabi Ibrahim menjelaskan kepada kaumnya yang menyembah bintang, matahari dan bulan, bahwa ketiganya tidak layak disembah karena mereka adalah makhluk, mereka memiliki tanda terbesar dari makhluk, yaitu berubah. Ketiganya terbit kemudian tenggelam, begitu seterusnya.
Secara akal, sesuatu yang berubah pasti ada yang merubahnya, dan yang seperti itu adalah makhluk.
Ketika melihat bintang, matahari dan bulan, nabi Ibrahim mengatakan:
هذا ربي
para ulama menjelaskan bahwa dalam perkataan nabi Ibrahim ini terdapat istifham inkari (berbentuk pertanyaan namun tujuannya untuk mengingkari), sehingga makna dari perkataan tersebut adalah:
أهذا ربي كما تزعمون
"inikah Tuhanku seperti yang kalian sangka?!"
artinya:
هذا ليس ربي
"ini bukan Tuhanku".
Makna ini dibuktikan dengan perkataan nabi Ibrahim selanjutnya:
قال لا أُحِبُّ الأفلين
"aku tidak suka kepada yang terbenam".
قَالَ لئن أَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ
"sungguh jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat".
قَالَ ياَقَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
"sungguh aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan"
Ulama' ahli tafsir, Imam Fakhrurrozi dalam kitabnya 'Ishmatul-Anbiya' menjelaskan:
"والأصح من هذه الأقوال أن ذلك (اى قول إبراهيم هذا ربي) على وجه الاعتبار والاستدلال لا على وجه الإخبار"
"Menurut pendapat yang shahih adalah bahwa hal tersebut (perkataan Nabi Ibrahim Inikah Tuhanku?) merupakan dalam konteks mengemukakan dalil dan hujjah, bukan sebagai bentuk pengakuan (bahwa ini adalah Tuhanku)"
Waspadalah terhadap penafsiran keliru yang mengatakan bahwa ketika kecil, nabi Ibrahim berpetualang mencari Tuhan, beliau belum mengenal Tuhannya. Sehingga beliau sempat menganggap bahwa bintang, matahari dan bulan itu sebagai Tuhan. Ini kesalahan yang fatal.
Keyakinan seperti ini bertentangan dengan prinsip Akidah Aswaja, bahwa para nabi ma'shum (dijaga) dari kufur, baik sebelum menjadi nabi atau setelah menjadi nabi.
Allah ta'ala berfirman:
مَا كَانَ إِبۡرَ ٰهِیمُ یَهُودِیࣰّا وَلَا نَصۡرَانِیࣰّا وَلَـٰكِن كَانَ حَنِیفࣰا مُّسۡلِمࣰا وَمَا كَانَ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِینَ
[Surat Ali 'Imran 67]
"Bukanlah Ibrahim itu seorang Yahudi dan Nashrani tetapi Ia adalah seorang haniif yang muslim dan bukanlah ia bagian dari orang-orang musyrik".
Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
﴿ وَلَقَدْ ءاتَيْنَا إِبْرَاهِيمَ رُشْدَهُ مِن قَبْلُ )
الأنبياء: ٥١
"Dan benar-benar telah Kami beri petunjuk Ibrahim sebelumnya"[Surat Al-Anbiya' 51].
Sebagian ulama menafsirkan ayat ini dengan bahwa Allah telah memberi petunjuk kepada nabi Ibrahim semenjak beliau masih kecil.
Seperti seluruh para nabi lainnya, nabi Ibrahim adalah seorang muslim yang mengajak umat manusia untuk beribadah kepada Allah dan tidak mensekutukan-Nya dengan sesuatupun dari makhluk-Nya.
Nabi Ibrahim dikenal dengan gelar Kholilurrohman dan dikenal kuat hujjahnya dalam menjelaskan aqidah Islam, aqidah tauhid dan Tanzih.
Hujjah-hujjah nabi Ibrahim tersebut banyak disebutkan dalam Al Qur'an, di antaranya:
1. Nabi Ibrahim menjelaskan kepada ayahnya yang bernama Aazar, bahwa berhala itu tidak bisa mendengar dan melihat serta tidak bisa mencukupi makhluk, karenanya dia tidak layak untuk disembah (Q.S Maryam: 41-45)
2. Nabi Ibrahim menjelaskan bahwa berhala tidak layak disembah, karena ia tidak bisa berbicara dan tidak bisa menciptakan manfaat dan madlorrot. (Q.S al Anbiya: 62-63)
3. Nabi Ibrahim menjelaskan bahwa bintang, bulan dan matahari tidak layak disembah karena benda-benda tersebut berubah-berubah (Q. S al An'am 75 - 80).
Nabi Ibrahim bersama putranya yang bernama Ismail adalah orang yang membangun kembali al Ka'bah al Musyarrofah.
Ka'bah pertama kali dibangun oleh nabi Adam 'alayhissalam, kemudian hancur ketika terjadi banjir bandang pada masa nabi Nuh.
Allah memuliakan nabi Ibrahim' alayhissalam dengan menjadikan banyak sekali dari keturunannya yang menjadi nabi. Dari putranya nabi Ishaq melahirkan nabi Ya'qub (Israel) yang menurunkan para nabi bani Israil. Sedangkan dari Nabi Ismail di kemudian hari melahirkan nabi Muhammad ﷺ.
Nabi Ibrahim wafat pada umur 200 tahun. Dimakamkan oleh kedua putranya (Ismail dan Ishaq) di dekat makam istrinya (Sarah) di daerah Habruun yang dikenal dengan nama al Khalil.
Intaha
Bersambung
Allah Ada Tanpa Tempat
Posting Komentar untuk "Makna Bait Ke 16 Nadhom Aqidatul Awamm Kisah Nabi Ibrahim Kholilurrohman"