Kisah Wali dan Karomahnya
Kisah Wali dan Karomahnya
Jika seseorang beriman kepada Allaah dan Rasul-Nya dengan keimanan yang lurus serta teguh dalam menjalankan kewajiban dan meninggalkan keharaman kemudian memperbanyak kesunnahan, maka dialah seorang mukmin yang sempurna imannya dan merupakan wali Allaah subhanahu wa ta'ala.
Wajib beriman terhadap adanya karamah yang Allaah tampakkan bagi para wali-Nya. Karamah merupakan perkara luar biasa yang muncul dati orang yang istiqomah dalam dalam keta'atan kepada Allaah. Inilah yang membedakannya dengan sihir dan perdukunan. Adapun perbedaannya dengan mu'jizat adalah mu'jizat bertujuan untuk menetapkan kenabian seseorang, sedangkan karamah merupakan bukti bahwa seseorang telah mengikuti seorang nabi dengan benar.
Kewajiban beriman dengan karamah ini berdasarkan al Qur'an yang menetapkan adanya karamah bagi Ashif bin Barkhiya, seorang muslim pengikut Nabi Sulaiman yang telah mendatangkan singgasana Ratu Balqis dari istananya yang ada di Saba Yaman ke istana Nabi Sulaiman hanya dalam sekejap mata. Allaah subhanahu wa ta'ala berfirman:
{ قَالَ ٱلَّذِی عِندَهُۥ عِلۡمࣱ مِّنَ ٱلۡكِتَـٰبِ أَنَا۠ ءَاتِیكَ بِهِۦ قَبۡلَ أَن یَرۡتَدَّ إِلَیۡكَ طَرۡفُكَۚ فَلَمَّا رَءَاهُ مُسۡتَقِرًّا عِندَهُۥ قَالَ هَـٰذَا مِن فَضۡلِ رَبِّی }
[Surat An-Naml: 40]
Maknanya: "Seorang yang mempunyai ilmu dari kitab suci berkata, Aku akan mendatangkan (singgasana) itu kepadamu sebelum pandangan matamu kembali kepadamu. Ketika dia (Sulaiman ) melihat (singgasana) itu ada dihadapannya, dia pun berkata, 'Ini termasuk karunia Tuhanku'."( Q.S. an-Naml: 40).
Karamah bagi pengikut salah satu nabi adalah mu'jizat bagi Nabi yang diikutinya. Sebab dengan karamah inilah diketahui bahwa dia adalah wali. Dan ia tidak akan menjadi wali kecuali jika imannya benar, dengan mengikuti kebenaran nabinya.
1. Kisa Karamah Abu Bakar As Shiddiq رَضِيَ ٱللَّهُ عَنْهُ
Sekian banyak keutamaan dimiliki Abu Bakar. Statusnya sebagai shahabat Nabi termaktub di dalam al Qur'an. Dan ia merupakan orang yang paling tinggi derajatnya setelah Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam di kalangan ummat ini. Wali tertinggi sepanjang jaman sampai hari kiamat.
Diriwayatkan bahwa Abu Bakar hendak memberikan hasil panen 20 wasaq (satuan takaran yang setara 60 sha') dari hartanya kepada putrinya 'Aisyah. Menjelang wafatnya, ia mengatakan kepada 'Aisyah, "Wahai putriku, sesungguhnya orang yang sangat aku inginkan menjadi kaya adalah enkau. Dan orang yang sangat aku takutkan menjadi miskin adalah engkau. Aku ingin memberimu hasil panen 20 wasaq dari hartaku. Akan tetapi itu merupakan harta bagi ahli warisku, yaitu dua saudaramu dan dua saudarimu. Maka bagilah harta waris itu sesuai dengan kitab Allaah 'aza wajalla."
'Aisyah kemudian mengatakan, "Wahai ayahku, saudariku hanyalah Asma, lalu siapakah saudariku yang lain?" Abu Bakar menjawab, "Anakku yang sedang dikandung oleh Habibah (istri Abu Bakar). Prasangkaku dia adalah seorang perempuan".Setelah Abu Bakar meninggal, lahirlah anak terakhirnya yang berjenis kelamin perempuan, bernama Ummu Kultsum. Allaah membenarkan prasangkanya dan menjadikan hal ini sebagai karamah baginya.
Diantara maqalah Abu Bakar adalah:
الْعَجْزُ عَنْ دَرَكِ الْإِدْرَاكِ إِدْرَاكُ وَالْبَحْثُ عَنْ ذَاتِهِ كُفْرٌ وَإِشْرَاكُ
"Merasa lemah untuk mengetahui hakikat Allaah adalah keimanan. Sedangkan mencari tahu tentang hakikat dzat Allaah (dengan membayangkannya) adalah kekufuran dan syirik"
Yakni seorang mukmin meyakini bahwa Allaah tidak dapat di bayangkan dan ia tidak membayngkan dzat Allaah.
Posting Komentar untuk "Kisah Wali dan Karomahnya"