Kyai Abdul Haq, Tokoh Aswaja Idola Zaman
KYAI ABDUL HAQ, TOKOH ASWAJA IDOLA ZAMAN
Oleh ; Maemun Abdul Ghofur (Gus Ghofur)
Pertama Saya mengaji pada beliau adalah tahun 2003 di Lirboyo. Saya ngaji ushul fiqh saat itu. Dan sekarang, alhamdulillah walaupun melalui medsos, Saya masih dapat melanjutkan belajar pada beliau.
Tulisan ini dipersembahkan untuk mereka yang mencari sosok panutan seperti Kyai Abdul Haq dalam bertauhid. Di sini Saya sekaligus ingin berbagi pengalaman mengaji kepada beliau.
Sepanjang mengikuti pengajian beliau yang disiarkan di Facèbook secara live, ada 3 kelebihan beliau yang selalu membuat saya ketagihan mengikutinya.
1. Kekayaan Bahasa
Bahasa Arab adalah bahasa yang kaya akan makna. Bahkan dari sekian banyaknya bahasa, Allah memilihnya sebagai 'penerjemah' untuk menyampaikan pesan kepada umat manusia. Sebagai santri tulen, Kang Abdul Haq memiliki segudang wawasan tentang ilmu bahasa Arab, keunggulan balaghoh dan kekayaan mufrodat. Kita bisa melihatnya ketika beliau menyampaikan sebuah dalil ataupun mengenalkan istilah. Terkadang dalam satu istilah beliau menerjemahkannya dengan beberapa pilihan bahasa sehingga penyimak seperti disuguhi 'makanan' mana yang ia mau.
Beliau selalu menempatkan bahasa sesuai pada muqtadho-nya. Dengan keluasan wawasan, kekayaan bahasa dan pengetahuan riwayat yang valid, beliau selalu tepat dalam memilih kata untuk menerjemahkan uniknya bahasa Arab dengan tetap menyediakan kata yang murodif yang mungkin bisa lebih difahami.
2. Kekayaan Maqolah
Dalam menjelaskan kitab, beliau bukan hanya sekedar membantu menerjemahkan, namun juga memberi ta'liqot dan tidak jarang mengutip maqolah-maqolah dari luar kitab sehingga kitab yang kecil-pun terasa sekali kekayaan faidahnya. Cara beliau menjabarkan seperti sedang 'menyuapi' kita dengan tambahan 'lauk-pauk' yang gurih, sehingga kita disadarkan dari berbagai hal yang dulu mungkin pernah terlintas namun sudah terlupa. Metode seperti inilah yang membuat pengajian beliau tidak membosankan seperti yang umumnya kita temui dari pengajian-pengajian kitab kuning. Seakan-akan beliau mengajari kita cara yang benar dalam ber-turats.
Beliau juga tidak pelit untuk menceritakan khilafiyah-khilafiyah secara detil berikut referensinya. Contohnya ketika beliau berbicara tentang ayat yang terakhir diturunkan, secara gamblang beliau terangkan berikut riwayat-riwayat valid yang dinukil. Lagi-lagi ini menyadarkan kita bahwa mengaji tidak cukup dengan membaca dan mengiyakan, namun juga harus kritis, rewel menyelidiki validitas riwayat dan terbuka dengan khilafiyah.
3. Pengayom Aqidah
Dalam ber-teologi, beliau tergolong guru yang bijak namun tegas. Tidak jarang beliau mengingatkan kesalahan-kesalahan kita dalam mengucapkan kata yang berkaitan dengan tauhid. Contohnya dalam menjelaskan kata "Al Qoyyum", beliau menjelaskan makna Qoyyum sekaligus mengingatkan kita bahwa "Qayyum" itu nama/ sifat Allah yang tidak semestinya kita gunakan untuk memanggil seseorang bernama Abdul Qoyyum.
Sebagai pentolan Aswaja, beliau juga tergolong kyai yang sangat mengayomi aqidah umatnya, terutama dari pemikiran-pemikiran yang bathil. Dalam pengajian-pengajiannya, Saya sering menyaksikan kelihaian beliau dalam mendemonstrasikan argumen burhani ketika membahas isu-isu khilafiyah dengan madzhab-madzhab yang dianggap keluar dari jalur Aswaja. Beliau tidak perlu ngotot, mengejek atau nyinyir dalam menelanjangi kebathilan maupun menunjukkan lemahnya argumentasi lawan. Kemahiran dan akhlak yang terkawinkan dalam diri beliau, menjadikannya sosok yang amat patut menjadi idola kaum Aswaja masa-kini.
Semoga Allah panjangkan umurnya, berkahi halaqahnya dan juga murid-muridnya.
Posting Komentar untuk "Kyai Abdul Haq, Tokoh Aswaja Idola Zaman"