Peristiwa Isra Miraj yang Benar dengan Aqidah Haq
Tulisan ini bisa dijadikan bahan ceramah untuk menjelaskan kepada masyarakat tentang kisah Isra’ Mi’raj yang benar, semoga Allaah Ta'ala memudahkan kita untuk berdakwah dan memberikan kita keikhlasan dalam berdakwah, sehingga ridha Allaah Ta'ala senantiasa menyertai kita, aamiin)
ISRA’ MI’RAJ
Pengertian Isra’
Setiap orang mukallaf (orang yang sudah baligh, dan berakal) wajib meyakini bahwa Allaah Ta'ala memuliakan Nabi Muhammad dengan peristiwa Isra’ pada sebagian malam hari dari Makkah ke Masjid al-Aqsha. Peristiwa Isra’ ini terjadi pada hari senin tanggal 27 Rojab, satu tahun sebelum peristiwa hijrah. Para ulama’ dari generasi salaf dan khalaf, dari kalangan ahli hadits, ulama’ kalam, ulama’ tafsir dan ulama’ fiqih telah sepakat bahwa Isra’ terjadi dengan jasad, ruh dan dalam keadaan terjaga dan bukan hanya sekedar mimpi. Peristiwa Isra’ ini dinyatakan di dalam al-Qur’an dan hadits shahih. Allaah Ta'ala berfirman:
سُبْحَانَ الَّذِيْ أَسْرٰى بِعَبْدِه لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِيْ بَارَكْنَا حَوْلَه لِنُرِيَه مِنْ أٰيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Artinya: “Maha suci Allaah Ta'ala, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari al-Masjidil Haram ke al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya[*] agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah maha mendengar lagi maha mengetahui.” (QS. Al-Isra’: 1)
[*] Maksudnya: al-Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkah dari Allaah Ta'ala dengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.
Perjalanan isra’ tersebut dimulai dari al-Masjid al-Haram setelah terlebih dahulu dada beliau dibelah dan dicuci hatinya oleh malaikat Jibril untuk dipenuhi dengan hikmah dan keimanan, agar beliau siap untuk menyaksikan keajaiban-keajaiban ciptaan Allaah Ta'ala dengan hati yang kuat. Pada saat itu beliau di Makkah. Jibril datang pada malam hari dengan membuka atap rumah tanpa menjatuhkan debu, batu atau yang lainnnya. Saat itu beliau sedang tertidur di antara pamannya, Hamzah dan sepupunya Ja’far bin Abi Thalib. Mereka semua sedang berada di rumah putri Abu Thalib, Ummu Hani’ binti Abi Thalib saudara perempuan Ali bin Abi Thalib di suatu perkampungan yang bernama Ajyad. Jibril membangunkan Nabi kemudian pergi bersamanya menuju al-Masjid al-Haram. Bersama Malaikat Jibril beliau berangkat dengan Buraq; seekor binatang surga yang bentuknya lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari kuda yang mampu melompat sejauh pandangannya.
Di tengah perjalanan isra’ ini, Rasul melewati beberapa tempat bersejarah, antara lain kota Yatsrib (Madinah), kota Madyan (kota Nabi Syuaib), bukit Thur Sina’ (tempat munajat Nabi Musa mendapat wahyu dari Allaah Ta'ala) dan Bayt Lahm (tempat Nabi Isa dilahirkan). Di tiap-tiap tempat ini, Jibril selalu minta Rasul untuk turun dan melakukan shalat dua rakaat (HR. al-Baihaqi).
Setelah Rasul sampai di Bayt al-Maqdis (al-Masjid al-Aqsha), Rasul bersama para nabi mulai dari Nabi Adam hingga Nabi Isa, melakukan shalat berjama’ah dan beliau dinobatkan sebagai imam sholat. Allaah Ta'ala mempertemukannya dengan seluruh para nabi di sana sebagai penghormatan kepada beliau. Allaah Ta'ala membangkitkan para nabi yang sebelumnya telah wafat kecuali Nabi Isa (sebab beliau masih hidup di langit hingga sekarang). Kemudian Allaah Ta'ala menambahkan kemuliaan untuk Nabi-Nya dengan mengangkat delapan nabi yaitu Adam, Isa, Yusuf, Idris, Harun, Musa dan Ibrahim ke langit dan mereka menyambut Rasulullah di sana.
Keajaiban-keajaiban Isra’
Banyak sekali keajaiban yang dialami Rosulullaah, dan diantara keajaiban ciptaan Allaah Ta'ala yang disaksikan Rasulullaah Shollallaahu Alaihi Wasallam ketika Isra’ adalah:
1. Dunia
Rasulullah melihatnya dalam bentuk seorang wanita tua renta. Hal ini menggambarkan bahwa dunia dengan segala isinya yang menggairahkan akan lenyap dan fana’, sebagaimana seorang wanita yang ketika mudanya sangat cantik dan menawan, akan hilang kecantikannya ketika menjelang tua.
2. Iblis
Rasulullah melihat sesosok makhluk yang menyingkir dari bahu jalan seraya memanggilnya, dia adalah Iblis. Pada mulanya Iblis adalah jin muslim, kemudian ia menjadi kafir karena melakukan protes terhadap perintah Allaah Ta'ala.
3. Tukang sisir (Masyithah) putri Fir’aun
Kemudian Rasulullah mencium aroma wangi dari kuburan tukang sisir putri Fir’aun. Perempuan yang menjadi tukang sisir ini adalah perempuan muslimah dan shalehah. Dalam kisahnya bahwa suatu ketika perempuan ini tengah menyisir rambut putri Fir’aun, jatuhlah sisir dari tangannya, maka ia mengucapkan: “Bismillah”. Putri Fir’aun bertanya kepadanya: “Apakah kamu memiliki Tuhan selain ayahku ?”. Tukang sisir itu menjawab: “Ya, Tuhanku dan Tuhan bapakmu adalah Allaah Ta'ala”. Maka putri Fir’aun memberitahukan kepada ayahnya, lalu Fir’aun meminta tukang sisir tersebut untuk meninggalkan agamanya, namun tukang sisir tersebut menolak. Kemudian Fir’aun memanaskan air di suatu tempat dan melemparkan anak-anaknya ke air panas tersebut, kemudian anaknya yang masih menyusu berkata kepadanya sebelum dilemparkan oleh Fir’aun: “Wahai ibuku, bersabarlah karena siksa akhirat lebih pedih dari siksa dunia, janganlah engkau gentar dan mundur, sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran.”Tukang sisir itu berkata kepada Fir’aun: “Aku punya permintaan kepadamu, agar engkau kumpulkan tulang-tulang kami dan dikuburkan”, Fir’aun mengatakan: “Ya”, kemudian Fir’aun melemparnya. Perempuan tersebut dan anak-anaknya akhirnya mati syahid.
4. Para mujahid di jalan Allaah Ta'ala
Rasulullah melihat sekelompok kaum yang menanam dan menuai hasilnya dalam tempo 2 hari. Jibril berkata kepadanya: “Mereka adalah orang-orang yang berjuang di jalan Allaah Ta'ala.”
5. Para penceramah pembawa fitnah
Rasulullah melihat mereka menggunting lidah dan bibir mereka dengan gunting dari api. Jibril berkata kepadanya: “Mereka adalah para penceramah penebar fitnah, mengajak orang kepada kesesatan, kerusakan, penipuan dan khiyanat.
6. Orang yang berbicara dengan perkataan yang menimbulkan bahaya dan fitnah
Rasulullah juga melihat sapi jantan yang keluar dari lubang yang sempit kemudian ingin masuk kembali ke lubang tersebut namun tidak bisa. Jibril berkata kepada beliau: “Itu adalah orang yang berbicara dengan perkataan yang merusak, membahayakan orang dan menimbulkan fitnah, kemudian ingin menariknya kembali, namun tidak bisa”.
7. Orang-orang yang tidak membayar zakat
Rasulullah juga melihat orang-orang yang menyebar seperti binatang-binatang ternak, auratnya tertutup hanya dengan kain-kain kecil. Jibril berkata kepada beliau: “Mereka adalah orang-orang yang tidak menunaikan zakat.
8. Orang-orang yang meninggalkan shalat
Rasulullah juga melihat orang-orang yang retak dan pecah kepalanya, kemudian kembali seperti semula. Jibril berkata: “Mereka adalah orang-orang yang berat kepalanya (meninggalkan) untuk menunaikan shalat”.
9. Para penzina
Rasulullah juga melihat orang-orang yang memperebutkan daging busuk dan mengabaikan daging bagus yang sudah terpotong-potong. Jibril berkata: “Mereka adalah orang-orang dari ummatmu yang meninggalkan perkara halal, justru mereka memilih perkara yang haram dan keji, lalu memakannya, mereka adalah para penzina.
10. Para peminum khamr
Rasulullah juga melihat orang-orang yang meminum nanah yang keluar dari penzina. Jibril berkata: “Mereka adalah para peminum khamr yang diharamkan oleh Allaah Ta'ala di dunia”.
11. Orang-orang yang melakukan ghibah
Rasulullah juga melihat orang-orang yang mencakar muka dan dada mereka dengan kuku-kuku dari tembaga. Jibril berkata: “Mereka adalah orang-orang yang menggunjing keburukan-keburukan orang”.
Pengertian Mi’raj
Setiap orang mukallaf wajib meyakini bahwa Allaah Ta'ala telah memuliakan Nabi Muhammad Shollallaahu Alaihi Wasallam dengan peristiwa mi’raj. Mi’raj adalah perjalanan yang dimulai dari Masjid al-Aqsha hingga ke atas langit ke tujuh.
Kebenaran peristiwa Mi’raj juga telah ditegaskan dalam hadits-hadits yang shahih, sedangkan dalam al-Qur’an dijelaskan dari beberapa ayat yang mendekati nash sharih (tegas) tentang kejadian Mi’raj. Allaah Ta'ala berfirman:
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى. عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى. عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى.
“Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha, di dekatnya terdapat surga.” (QS. An-Najm: 13-15)
Disebutkan dalam hadits Muslim bahwa ketika Rasul bersama Jibril sampai pada langit yang pertama, dibukalah pintu langit tersebut setelah terjadi percakapan antara Jibril dan penjaga pintu. Hal ini terjadi setiap kali Rasul dan Jibril hendak memasuki tiap-tiap langit yang tujuh. Di langit pertama, Rasulullah bertemu Nabi Adam, di langit kedua bertemu Nabi Isa, di langit ketiga bertemu Nabi Yusuf, di langit keempat bertemu Nabi Idris, di langit kelima bertemu Nabi Harun, di langit keenam bertemu Nabi Musa dan di langit ketujuh bertemu Nabi Ibrahim. Peristiwa ini terjadi pada malam ke 27 Rajab sebelum hijrah.
Menurut Ibnu Abbas bahwa Rasulullaah Shollallaahu Alaihi Wasallam melihat Tuhannya dengan hati dua kali ketika mi’raj sebagaimana yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Awsath. Demikian juga menurut Ibnu Khuzaimah: “Muhammad melihat Tuhannya.” Nabi melihat Tuhannya dengan hati sebagaimana hadits Muslim dari jalur Abu al-Aliyah dari Ibnu Abbas tentang firman Allaah Ta'ala:
مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأٰى. أَفَتُمَارُوْنَه عَلٰى مَا يَرٰى. وَلَقَدْ رَأٰهُ نَزْلَةً أُخْرٰى.
“Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka Apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya?. Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain.” (QS. An-Najm: 11-13)
Dia (Ibnu Abbas) berkata: “Dia melihat Tuhannya dengan hati dua kali.”
Dalam hadits shahih yang sangat panjang riwayat Imam Muslim, Rasulullaah Shollallaahu Alaihi Wasallam menjelaskan mengenai peristiwa isra’ dan mi’raj. Dalam hadits tersebut diriwayatkan bahwa ketika Nabi berada di sidratul muntaha beliau mendengar kalam Allaah Ta'ala di antaranya berisi kewajiban shalat 50 kali dalam sehari semalam bagi umatnya. Kemudian terjadilah dialog dengan Nabi Musa yang menganjurkan agar Nabi meminta keringanan dan akhirnya diwajibkan bagi umat Islam hanya lima kali shalat sehari semalam.
Keajaiban-keajaiban Mi’raj
Ketika Rasulullaah Shollallaahu Alaihi Wasallam berada di suatu tempat yang berada di atas (suatu tempat yang lebih tinggi dari langit ketujuh), beliau diperlihatkan oleh Allaah Ta'ala beberapa keajaiban ciptaan-Nya, antara lain:
1. Malaikat Malik, Penjaga Neraka.
Di antara keajaiban yang dilihat oleh Nabi pada malam tersebut adalah Malaikat Malik; penjaga neraka. Malik tidak tersenyum kepada Rasulullah, maka beliau bertanya kepada Jibril kenapa tidak melihatnya tersenyum kepada Nabi seperti yang lain ?. Jibril menjawab: “Malik belum pernah tersenyum sejak diciptakan oleh Allaah Ta'ala, seandainya Malik tersenyum kepada seseorang niscaya ia tersenyum kepadamu”.
2. Al-Bayt al-Makmur
Di langit ke tujuh Rasulullah melihat al-Bayt al-Ma’mur yaitu rumah yang dimuliakan. Bagi para malaikat penduduk langit, al-Bayt al-Ma’mur seperti halnya Ka’bah bagi penduduk bumi. Setiap hari al-Bayt al-Ma’mur dimasuki 70.000 malaikat yang melakukan shalat di sana, kemudian mereka keluar dan tidak pernah kembali lagi.
3. Sidrat al-Muntaha
Sidrat al-Muntaha adalah sebuah pohon yang amat besar dan indah, tak seorangpun di antara makhluk yang dapat menyifatinya (menjelaskan keindahannya secara detail). Akarnya di langit ke enam dan menjulang tinggi hingga ke langit ke tujuh, Rasulullah melihatnya di langit ke tujuh.
4. Surga
Surga adalah tempat kenikmatan yang disediakan oleh Allaah Ta'ala untuk hamba-hamba-Nya yang beriman. Surga berada di atas langit ketujuh dan sekarang sudah ada. Di dalam surga, Rasulullah juga melihat al-Wildan al-Mukhalladun, yaitu makhluk yang diciptakan Allaah Ta'ala untuk melayani penduduk surga. Mereka bukan malaikat, jin atau manusia, mereka juga tidak berbapak dan beribu. Rasulullah juga melihat bidadari. Jibril meminta Rasulullah mengucapkan salam kepada mereka, dan mereka menjawab: Kami adalah wanita yang baik budi pekerti lagi rupawan. Kami adalah isteri orang-orang yang mulia.”
5. ‘Arsy.
Kemudian Rasulullah melihat arsy yang merupakan makhluk Allaah Ta'ala yang paling besar ukurannya, di sekeliling arsy terdapat para malaikat yang sangat banyak dan tidak ada yang mengetahui jumlah mereka kecuali Allaah Ta'ala. Arsy memiliki tiang-tiang seperti ranjang, yang dipikul oleh empat malaikat yang sangat besar bentuknya, dan pada hari kiamat dipikul oleh delapan malaikat. Rasulullah telah menggambarkan salah satu dari para malaikat pemikul arsy ini bahwa jarak antara daun telinga dan pundaknya adalah jarak perjalanan 700 tahun dengan kecepatan terbangnya burung yang terbang cepat. Kursi dibandingkan dengan arsy seperti halnya cincin di padang pasir yang luas.
Rasulullah bersabda:
مَا السَّمَوَاتُ السَّبْعُ فِى جَنْبِ الْكُرْسِيِّ إِلَّا كَحَلْقَةٍ فِى أَرْضٍ فَلَاةٍ، وَفَضْلُ الْعَرْشِ عَلَى الْكُرْسِيِّ كَفَضْلِ الْفَلَاةِ عَلَى الْحَلْقَةِ
“Tujuh langit (dan tujuh bumi) dibandingkan dengan kursi bagaikan cincin di padang pasir yang luas, dan bandingan arsy atas kursi seperti bandingan padang pasir tersebut dengan cincin.”
Arsy adalah makhluk yang diciptakan setelah air, kemudian disusul al-Qalam al-A’la, lalu al-Lauh al-Mahfuzh. Kemudian setelah al-Qalam al-A’la menulis di al-Lauh al-Mahfuzh segala hal yang telah terjadi dan akan terjadi hingga hari kiamat, setelah itu, 50 ribu tahun kemudian, Allaah Ta'ala menciptakan langit dan bumi.
Imam al-Baihaqi mengatakan: “Para ahli tafsir menyatakan bahwa ‘Arsy adalah benda berbentuk sarir (ranjang) yang diciptakan oleh Allaah Ta'ala. Allaah Ta'ala memerintahkan para malaikat untuk menjunjungnya dan menjadikannya sebagai tempat ibadah mereka dengan mengelilingi dan mengagungkannya sebagaimana Ia menciptakan Ka’bah di bumi ini dan memerintahkan manusia untuk mengelilinginya ketika thawaf dan menghadap ke arahnya di saat shalat.” (lihat al-Asma’ wa ash-Shifat, hlm. 497). ‘Arsy bukanlah tempat bagi Allaah Ta'ala, karena Allaah Ta'ala tidak membutuhkan tempat.
Sayyidina Ali berkata:
إِنَّ اللّٰهَ خَلَقَ الْعَرْشَ إِظْهَارًا لِقُدْرَتِهِ وَلَمْ يَتَّخِذْهُ مَكَانًا لِذَاتِهِ
“Sesungguhnya Allaah Ta'ala menciptakan ‘Arsy untuk menunjukkan kekuasaan-Nya, bukan untuk menjadikan tempat bagi Dzat-Nya.” (Riwayat Abu Manshur al-Baghdadi dalam al-Farq bayn al-Firaq, hlm. 333)
6. Sampainya Rasulullah ke sebuah tempat yang tinggi sehingga beliau mendengar suara pena para malaikat.
Setelah dari Sidrat al-Muntaha, Rasulullah tanpa ditemani Jibril meneruskan perjalanan naik hingga sampai ke tempat yang tinggi. Di sana, Rasulullah mendengar suara pena yang digunakan oleh para malaikat untuk menyalin dari al-Lauh al-Mahfuzh ke lembaran-lembaran catatan mereka.
7. Rasulullah mendengar Kalam Allaah Ta'ala yang Dzati, Azali dan Abadi.
Aqidah Ahlussunnah menyatakan bahwa Kalam Allaah Ta'ala yang merupakan sifat Dzat-Nya adalah qadim dan azali, ada tanpa permulaan, tidak seperti kalam (pembicaraan) kita yang bermula dan berpenghabisan. Kalam Allaah Ta'ala azali, bukan huruf, bukan suara dan bukan bahasa, karena bahasa, huruf dan suara adalah makhluk, mustahil Allaah Ta'ala bersifat dengan sifat yang diciptakan. Oleh karenanya kita meyakini bahwa Nabi Muhammad mendengar kalam Allaah Ta'ala yang merupakan sifat Dzat-Nya yang azali tanpa suara, tanpa huruf dan bukan menempati telinga saat didengar. Pada malam yang penuh berkah tersebut, Allaah Ta'ala membuka dari Rasulullah hijab yang yang menghalangi untuk mendengar kalam Allaah Ta'ala yang azali dan abadi yang tidak seperti kalam makhluk. Rasulullah memahami dari kalam tersebut perintah-perintah Allaah Ta'ala kepadanya, juga beberapa perkara yang diwahyukan kepada beliau. Allaah Ta'ala –dengan kuasa-Nya- memperdengarkan Kalam-Nya kepada Rasulullah di tempat yang tinggi, yaitu di atas Sidrat al-Muntaha, langit ke tujuh, karena tempat tersebut adalah tempat ibadah para malaikat kepada Allaah Ta'ala, dan tempat yang belum pernah seorangpun berbuat maksiyat di sana, bukan karena tempat itu adalah tempat Allaah Ta'ala berada, sebagaimana disebutkan dalam sebagian buku yang menyimpang, karena Allaah Ta'ala ada tanpa tempat.
8. Rasulullah melihat Allaah Ta'ala dengan hatinya, bukan dengan matanya.
Di antara kemuliaan yang Allaah Ta'ala berikan kepada Nabi Muhammad dalam peristiwa Mi’raj adalah bahwa Allaah Ta'ala mengangkat dari hati Rasulullah hijab maknawi, sehingga ia melihat Allaah Ta'ala dengan hatinya, yakni Allaah Ta'ala menjadikan Rasulullah memiliki kekuatan melihat di hatinya, bukan dengan matanya, karena Allaah Ta'ala tidak bisa dilihat dengan mata yang fana di dunia, Rasulullaah Shollallaahu Alaihi Wasallam bersabda:
وَاعْلَمُوْا أَنَّكُمْ لَنْ تَرَوْا رَبَّكُمْ حَتَّى تَمُوْتُوْا
“Ketahuilah bahwa kalian tidak akan melihat Tuhan kalian hingga kalian meninggal.”
Allaah Ta'ala akan dilihat di akhirat dengan mata yang kekal, orang-orang mukmin yang beriman kepada Allaah Ta'ala dan para rasul-Nya akan diberi kenikmatan yang tak ternilai yaitu melihat Allaah Ta'ala tanpa menyerupai sesuatu pun di antara makhluk-Nya, tanpa tempat, tanpa arah, tanpa berhadap-hadapan, tanpa berlaku jarak, tanpa bersambungnya cahaya antara orang yang melihat dan Allaah Ta'ala.
9. Rasulullah melihat Jibril dalam bentuk aslinya
Rasulullah sebelumnya pernah melihat malaikat Jibril untuk pertama kali dalam bentuk aslinya di Makkah dan beliau pingsan saat melihatnya. Pada malam Mi’raj, Rasulullah kembali melihat malaikat Jibril untuk yang kedua kalinya dalam bentuk asli, namun beliau tidak pingsan karena keteguhan hati dan kekuatan beliau sudah semakin bertambah kuat.
Kejadian Setelah Isra’ Mi’raj
Sebagian ulama’ mengatakan: Perjalanan isra’ dan mi’raj hingga kembalinya Rasul ke Mekah ditempuh dalam tempo sepertiga malam. Setelah itu Rasul mengabarkan kejadian tersebut kepada kaum kafir Quraisy, namun mereka tidak percaya. Lalu mereka datang kepada Abu Bakar untuk menanyakan hal itu, dan beliau membenarkan cerita Rasulullah seraya mengatakan: “Aku mempercayainya ketika ia mengabarkan berita langit, kenapa aku tidak mempercayainya mengenai berita bumi?.” Maka beliau diberi gelar ash-Shiddiq.
Kisah-kisah Tidak Berdasar
1. Tidak boleh berkeyakinan bahwa pada saat mi’raj, Allaah Ta'ala mendekat kepada Rasulullah sehingga jarak antara keduanya adalah dua hasta atau lebih dekat lagi seperti anggapan sebagian orang. Yang benar adalah bahwa yang mendekat kepada Rasulullah adalah Jibril, bukan Allaah Ta'ala (baca tafsir surat an-Najm: 8-9) sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan lainnya.
2. Kisah yang menyatakan bahwa ketika Jibril telah sampai pada suatu tempat setelah sidratul muntaha kemudian berkata kepada Nabi: “Di sinilah seorang kawan akan berpisah dengan kawan yang sangat dicintainya, seandainya aku terus naik, niscaya aku akan terbakar.” Ini adalah cerita dusta yang tidak berdasar sama sekali.
3. Kisah yang mengatakan bahwa ketika Rasulullah pada saat mi’raj telah sampai di atas langit ke tujuh di suatu tempat di mana beliau mendengar kalam Allaah Ta'ala, Nabi berkata: at-Tahiyyatu lillah, lalu dijawab oleh Allaah Ta'ala: as-Salamu ‘alayka Ayyuha an-Nabiyyu Warahmatullah Wabarakatuh, riwayat tersebut walaupun tertulis dalam beberapa kitab tentang peristiwa isra’ mi’raj dan disampaikan oleh beberapa orang dalam ceramah peringatan isra’ mi’raj adalah tidak benar, karena pada malam isra’ mi’raj shighat atau lafazh tahiyyat belum difardhukan. Hanya sebagian rawi-rawi pendusta yang meriwayatkan kisah tersebut. Kisah dusta ini telah menyebar di kalangan kaum muslimin, maka harus dijelaskan hal yang sebenarnya.
4. Riwayat tentang bacaan tasyahud atau tahiyat yang benar adalah sebagai berikut: “Pada awalnya sebagian para sahabat Rasulullah sebelum disyariatkan shighat tasyahhud, mereka mengucapkan dzikir atau bacaan:
اَلسَّلَامُ عَلٰى اللّٰهِ، اَلسَّلَامُ عَلٰى جِبْرِيْلَ، اَلسَّلَامُ عَلٰى مِيْكَائِيْلَ
Lalu Rasulullaah Shollallaahu Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ اللّهَٰ هُوَ السَّلَامُ
Kemudian Rasulullah mengajarkan kepada mereka untuk mengatakan:
اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
Semoga hidayah, taufiq dan inayah Allaah Ta'ala senantiasa diberikan kepada kita sehingga keimanan kita semakin meningkat, aamiin.
Posting Komentar untuk "Peristiwa Isra Miraj yang Benar dengan Aqidah Haq"